Teknik Komunikasi Bagi Paralegal

Materi Belajar ke 7 Teknik Komunikasi Bagi Paralegal
(materi ini bebas disebarluaskan sehingga tujuan pemerintah dalam pemberian bantuan hukum cepat tercapai)

G. TEKNIK KOMUNIKASI BAGI PARALEGAL
(oleh : Dewi Rizky Lestari, ST.*)

1. Pendahuluan.
Mata pelajaran Teknik Komunikasi bagi Paralegal adalah mata pelajaran paralegal yang mempelajari tentang konsep dasar komunikasi, komunikasi yang meyakinkan pihak lain, komunikasi yang responsif, dan kesimpulan dari komunikasi yang dilakukan, sehingga setelah mengikuti mata pelajaran ini diharapkan peserta dapat menjelaskan konsep dasar komunikasi, dapat melakukan komunikasi yang meyakinkan pihak lain, melakukan komunikasi yang responsif, dan dapat menarik kesimpulan dari komunikasi yang dilakukan.

2. Konsep Dasar Komunikasi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), komunikasi memiliki arti pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Secara bahasa (etimologi), beberapa tokoh menyatakan bahwa komunikasi berasal dari kata communicare yang berarti berpartisipasi atau memberitahukan, atau juga berasal dari kata communis opinion yang berarti pendapat umum. Ada juga yang menyatakan bahwa komunikasi atau communication dalam Bahasa Inggris berasal dari kata Latin yakni communis yang memiliki arti membuat sama. Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi adalah suatu penyampaian pesan yang bertujuan untuk membuat kesamaan persepsi atau arti antara komunikator dan komunikan.
Secara istilah (terminologi), beberapa tokoh juga menyampaikan pemikirannya mengenai definisi komunikasi. Hovland, Janis dan Kelley seperti yang dikemukakan oleh Forsdale menyatakan bahwa “komunikasi adalah proses individu mengirim stimulus yang biasanya dalam bentuk verbal untuk mengubah tingkah laku orang lain”. Menurut Laswell, “komunikasi itu merupakan jawaban terhadap who says what in which medium to whom with what effect (siapa mengatakan apa dalam media apa kepada siapa dengan apa efeknya). John B. Hoben mengasumsikan bahwa komunikasi itu harus berhasil karena “komunikasi adalah pertukaran verbal pikiran atau gagasan”.
Berdasarkan pengertian secara bahasa dan istilah tersebut, penulis menyimpulkan bahwa komunikasi merupakan sebuah proses penyampaian pesan yang dilakukan oleh satu pihak kepada pihak lainnya melalui sebuah media demi tercapainya suatu tujuan. Berdasarkan kesimpulan tersebut juga, penulis merasa bahwa terdapat beberapa unsur yang penting untuk dipahami dalam sebuah komunikasi, yakni:
a. Komunikator
Komunikator adalah pihak yang menyampaikan atau mengirim pesan. Komunikator merupakan pihak yang penting dalam proses komunikasi karena merupakan pihak yang mengawali terjadinya komunikasi dan berperan penting untuk menyampaikan pesannya kepada komunikan. Oleh karena besarnya peran komunikator, maka terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh komunikator, yakni:
1) Memiliki kredibilitas yang tinggi atau dapat dipercaya bagi komunikannya
2) Memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik
3) Memiliki pengetahuan yang luas
4) Memiliki sikap yang baik
5) Memiliki daya tarik untuk melakukan perubahan sikap atau pengetahuan pada seorang komunikan

b. Pesan
Pesan adalah informasi yang disampaikan atau dikirimkan oleh komunikator kepada komunikan. Pesan dapat berbentuk verbal maupun non-verbal. Pesan berbentuk verbal juga dapat berbentuk tertulis maupun lisan. Pesan verbal berbentuk tertulis contohnya seperti surat, buku, dan lain-lain. Pesan verbal berbentuk lisan contohnya seperti percakapan tatap muka, percakapan melalui telepon, radio, dan lain-lain. Adapun pesan berbentuk non-verbal dapat berupa isyarat, gerakan badan, ekspresi muka, dan nada suara.
Widjaya membagi pesan ke dalam tiga kelompok, yakni:
1) Informatif, yakni memberikan keterangan-keterangan dan kemudian komunikan dapat mengambil kesimpulan sendiri.
2) Persuasif, yakni dengan bujukan untuk membangkitkan pengertian dan kesadaran seseorang bahwa apa yang kita sampaikan akan memberikan rupa pendapat atau sikap sehingga ada perubahan, namun perubahan ini adalah kehendak sendiri.
3) Koersif, yakni menggunakan sanksi-sanksi. Bentuknya terkenal dengan agitasi, yakni dengan penekanan-penekanan yang menimbulkan tekanan batin di antara sesamanya dan pada kalangan publik.

c. Media
Media adalah sarana atau alat yang digunakan oleh komunikator untuk menyampaikan pesan atau informasi kepada komunikan atau sarana yang digunakan untuk memberikan feedback (umpan balik) dari komunikan kepada komunikator.

d. Komunikan
Komunikan adalah pihak yang mendapatkan atau menerima pesan. Komunikan dapat terdiri dari satu orang atau lebih, bisa berupa kelompok ataupun hanya individu. Komunikan juga menjadi aspek penting dalam proses komunikasi. Pentingnya peran komunikan dapat dilihat terkait pesan yang disampaikan oleh komunikator tersampaikan atau tidak, dapat dipahami dengan jelas atau tidak. Jika komunikan tidak mendapat pesan dengan baik, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat kesalahan dalam proses komunikasi yang terjadi, dapat disebabkan oleh komunikator yang kurang baik dalam menyampaikan pesannya, atau media komunikasi yang kurang tepat, atau hal lain yang mempengaruhi proses komunikasi yang terjadi.

e. Efek
Efek adalah dampak yang ditimbulkan dari terjadinya suatu hal, dalam konteks pemabahasan ini adalah dampak dari adanya komunikasi yang terjadi. Pada sebuah proses komunikasi, tentu komunikator mengharapkan adanya sebuah dampak terhadap komunikan. Dampak tersebut baik berupa perubahan sikap, perubahan pengetahuan, atau perubahan lainnya yang memang menjadi tujuan didakannya komunikasi tersebut. Efek juga merupakan acuan dari keberhasilan sebuah proses komunikasi yang terjadi.
Selain unsur-unsur komunikasi, penting juga untuk memahami tujuan dari diadakannya sebuah proses komunikasi. Menurut Effendy, tujuan komunikasi adalah sebagai berikut:
1) Mengubah sikap (to change the attitude)
2) Mengubah opini/pendapat/pandangan (to change the opinion)
3) Mengubah perilaku (to change the behavior)
4) Mengubah masyarakat (to change the society)

Dalam proses mencapai tujuan komunikasi tersebut, tidak jarang ditemukan hambatan atau rintangan sehingga tujuan komunikasi tersebut tidak dapat tercapai dengan baik. Menurut David R. Hampton yang dikutip oleh Moekijat, beberapa rintangan tersebut adalah:
1) Rintangan pada sumber, dapat disebabkan pengirim menyampaikan pesannya dengan tidak jelas sehingga penerima ragu-ragu menafsirkan.
2) Rintangan dalam penyampaian, dapat disebabkan karena pesan melalui perantara sehingga pesan yang disampaikan pengertiannya mungkin akan berubah.
3) Rintangan pada penerima, dapat disebabkan karena kurangnya perhatian, penilaian sebelum waktunya, lebih banyak memberikan tanggapan sifat-sifat atau perilaku yang tidak penting terhadap pokok pesannya.
4) Rintangan dalam umpan balik, adanya komunikasi satu arah yang tidak memungkinkan adanya umpan balik dari penerima.

Adapun untuk mengatasi rintangan atau hambatan tersebut, Gitosudarmo dan I Nyoman Sudita berpendapat bahwa dapat dilakukan beberapa hal, yakni:
1) Meningkatkan umpan balik, untuk mengetahui apakah pesan atau informasi telah diterima, dipahami dan dilaksanakan atau tidak.
2) Empati, penyampaian pesan disesuaikan dengan keadaan penerima.
3) Pengulangan, untuk menjamin bahwa pesan dapat diterima.
4) Menggunakan bahasa yang sederhana agar setiap orang dapat memahami isi pesan yang disampaikan.
5) Penentuan waktu yang efektif, pesan disampaikan pada saat penerima siap menerima pesan.
6) Mendengarkan secara efektif sehingga komunikasi dapat berlangsung dengan baik.
7) Mengatur arus informasi, komunikasi harus diatur mutunya, jumlah dan cara penyampaiannya.

Setelah memahami konsep dasar komunikasi, maka penting untuk memamahi teknik-teknik yang dapat digunakan dalam berkomunikasi, khususnya bagi seorang paralegal. Adapun beberapa teknik tersebut diantaranya adalah teknik komunikasi persuasif, teknik komunikasi responsif, dan teknik atau kemampuan menarik kesimpulan.

3. Teknik komunikasi persuasif.

Secara bahasa, persuasif berasal dari istilah persuation (Inggris). Sedangkan istilah persuation itu sendiri diturunkan dari bahasa Latin “persuasio”, kata kerjanya adalah to persuade, yang dapat diartikan sebagai membujuk, merayu, meyakinkan dan sebagainya. Widjaja kemudian menjabarkan maksud dari komunikasi persuasi, yakni “Komunikasi persuasi ini tidak lain daripada suatu usaha untuk meyakinkan orang lain agar publiknya berbuat dan bertingkah laku seperti yang diharapkan komunikator dengan membujuk tanpa memaksanya/tanpa kekerasan”. Suranto juga mengungkapkan pandangannya terkait persuasi, yakni “Persuasi merupakan proses komunikasi untuk mengubah sikap dan tingkah laku seseorang dengan menggunakan pesan secara verbal maupun non-verbal, yang dilakukan dengan cara membujuk”.
Terdapat beberapa prinsip dalam melakukan komunikasi persuasif, di antaranya adalah:

a. Prinsip Pemaparan Selektif (Selective Exposure Principle)
Para pendengar (seluruh khalayak) mengikuti hukum pemaparan selektif. Hukum ini setidaknya memiliki dua bagian.
1) Pendengar akan secara aktif mencari informasi yang mendukung opini, kepercayaan, nilai, keputusan dan perilaku mereka.
2) Pendengar akan secara aktif menghindari informasi yang bertentangan dengan opini, kepercayaan, sikap, nilai, dan perilaku mereka yang sekarang.

b. Prinsip Partisipasi Khalayak
Persuasi akan berhasil bila khalayak berpartisipasi secara aktif dalam presentasi. Implikasinya, persuasif adalah proses transaksional. Proses ini melibatkan baik pembicara maupun pendengar.

c. Prinsip Inokulasi
Persis seperti menyuntikkan sejumlah kecil kuman ke dalam tubuh yang akan membuat tubuh mampu membangun sistem kekebalan, menyajikan kontra-argumen dan kemudian menjelaskan kelemahannya akan memungkinkan khalayak mengebalkan diri mereka sendiri terhadap kemungkinan serangan atas nilai dan kepercayaan mereka.

d. Prinsip Besaran Perubahan
Semakin besar dan penting perubahan yang ingin dihasilkan atas diri khalayak, makin sukar tugasnya. Manusia berubah secara berangsur. Persuasi, karenanya, paling efektif bila diarahkan untuk melakukan perubahan kecil dan dilakukan untuk periode waktu yang cukup lama.
Effendy kemudian menerangkan prinsip-prinsip tersebut dilakukan dalam setiap tahapan komunikasi persuasif. Adapun tahapan komunikasi persuasif menurutnya disebut dengan A-A procedure atau from attention to action procedure melalui formula AIDDA singkatan dari Attention (perhatian), Interest (minat), Desire (hasrat), Decision (keputusan), dan Action (tindakan). Dalam setiap tahapannya, ia juga menerangkan bahwa terdapat teknik-teknik yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan persuasif, yakni:
1) Teknik Asosiasi
Adalah penyajian pesan komunikasi dengan cara menumpahkannya pada suatu obyek atau peristiwa yang sedang menarik perhatian khalayak.
2) Teknik Integrasi
Ialah kemampuan komunikator untuk menyatukan diri secara komunikatif dengan komunikan. Ini berarti bahwa melalui kata-kata verbal maupun non verbal komunikator menggambarkan bahwa ia “senasib” dan dengan karena itu menjadi satu dengan komunikan.
3) Teknik Ganjaran
Adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang lain dengan cara mengiming-ngiming hal yang menguntungkan atau menjanjikan harapan.
4) Teknik Tataan
Teknik tataan atau icing technique dalam kegiatan persuasi ialah seni penataan pesan dengan imbauan emosional (emotional appeal) sedemikan rupa sehingga komunikan menjadi tertarik perhatiannya.

e. Teknik Red Herring
Dalam hubungannya dengan komunikasi persuasif teknik red herring adalah seni seorang komunikator untuk meraih kemenangan dalam perdebatan dengan mengelakkan argumentasi yang lemah untuk kemudian mengalihkannya sedikit demi sedikit ke aspek yang dikuasainya guna dijadikan senjata ampuh dalam menyerang lawan. Jadi teknik ini dilakukan pada saat komunikator berada dalam posisi yang terdesak.
Menurut penulis sendiri, teknik-teknik serta tahapan tersebut dapat dikolaborasi atau dicampur sedemikian rupa sesuai kebutuhan sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan dalam komunikasi persuasif.

4. Teknik komunikasi responsif;

Komunikasi yang responsif merupakan komunikasi yang bersifat aktif, tidak menunggu, bersifat segera dan penuh inisiatif. Bentuk komunikasi ini tepat dilakukan kepada mereka yang sering kesulitan dalam mengungkapkan apa yang menjadi keinginannya. Dengan sikap kita yang responsif, maka kita bisa segera menangkap apa yang menjadi pesan.

Teknik agar komunikasi dapat berlangsung efektif, antara lain:
– Mulai komunikasi dengan intonasi suara yang dapat didengar secara jelas.
– jika perlu, Keraskan suara.
– Dapankan perhatian klien sebelum berbicara. Pandanglah klien sehingga klien dapat melihat mulut kita.
– Atur lingkungan sehingga menjadi kondusif untuk komunikasi yang baik. Kurangi gangguan visual dan auditori. Pastikan pencahayaan cukup.
– Berbicara dengan pelan dan jelas saat menatap matanya, gunakan kalimat pendek dan bahasa yang sederhana.
– Bantu kata–kata dengan isyarat visual.
– Ringkaslah hal–hal yang penting dari pembicaraan.
– Berikan klien waktu untuk bertanya dan menjawab pertanyaan anda.
– Biarkan klien membuat kesalahan, jangan menegurnya secara langsung, tahan keinginan untuk menyelesaikan kalimat.
– Jadilah pendengar yang baik.
– Arahkan ke suatu topic pada suatu saat.
– Ikutkan keluarga atau rekan.

5. Kemampuan mendengarkan;

Keterampilan mendengar adalah kemampuan seseorang dalam mencerna atau memahami kata atau kalimat yang diajarkan oleh mitra bicara atau media tertentu. Mendengarkan tentu dilakukan bukan tanpa tujuan, dalam teknik komunikasi responsif, sebelum menanggapi, tentu kita harus mendengarkan. Adapun beberapa tujuan dari mendengarkan adalah:
a. Mendapatkan Fakta
Mendapatkan fakta dapat dilakukan melalui penelitian, riset, eksperimen, dan membaca. Cara lain yang dapat dilakukan adalah mendengar melalui radio, tape recorder, TV, dan percakapan.
b. Menganalisis Fakta
Fakta atau informasi yang telah terkumpul dianalisis. Kaitannya harus jelas pada unsur-unsur yang ada, sebab akibat yang terkandung di dalamnya. Apa yang disampaikan penyimak harus dikaitkan dengan pengetahuan dan pengalaman penyimak dalam bidang yang sesuai.
c. Mendapatkan Inspirasi
Dapat dilakukan dalam pertemuan ilmiah atau jamuan makan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan ilham. Penyimak tidak memerlukan fakta baru. Mereka yang datang diharapkan untuk dapat memberikan masukan atau jalan keluar berkaitan dengan masalah yang dihadapi.
d. Menghibur Diri
Para penyimak yang datang untuk menghadiri pertunjukan sandiwara, musik untuk menghibur diri. Mereka itu umumnya adalah orang yang sudah jenuh atau lelah sehingga perlu menyegarkan fisik, mental agar kondisinya pulih kembali
Dalam kaitannya dengan teknik komunikasi responsif, mendengarkan harus dilakukan dengan penuh perhatian, baik oleh komunikator maupun komunikan agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik. Adapun jika pesan yang telah disampaikan belum dapat dipahami dengan baik, maka diperlukan kemampuan berikutnya agar pesan dapat dipahami dengan lebih baik, yakni kemampuan bertanya.

6. Kemampuan bertanya;

Kemampuan bertanya dibutuhkan dalam teknik komunikasi responsif, terutama jika pesan yang disampaikan belum dapat diterima dengan baik, walaupun telah memiliki kemampuan bertanya. Berdasarkan penelusuran yang penulis lakukan, tidak ada bahan yang secara eksplisit menjelaskan terkait kemampuan bertanya dalam konteks teknik komunikasi responsif. Namun ditemukan beberapa tulisan yang terkait, salah satunya keterampilan bertanya dalam konteks kegiatan belajar mengajar siswa. Keterampilan bertanya menjadi penting jika dihubungkan dengan pendapat yang mengatakan “berpikir itu sendiri adalah bertanya”.
Bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta proses dari seseorang yang dikenai. Respons yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan berpikir. Para ahli percaya, pertanyaan yang baik, memiliki dampak yang positif terhadap siswa, di antaranya:
a. Dapat meningkatkan partisipasi siswa secara penuh dalam proses pembelajaran.
b. Dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, sebab berpikir itu sendiri hakikatnya bertanya.
c. Dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa, serta menuntun siswa untuk menentukan jawaban.
d. Memusatkan siswa pada masalah yang dibahas.

Komponen-komponen dalam keterampilan bertanya adalah:
a. Penggunaan pertanyaan secara jelas dan singkat
Pertanyaan guru harus diungkapkan secara jelas dan singkat dengan menggunakan kata-kata yang dapat dipahami oleh siswa sesuai dengan taraf perkembangannya.
b. Pemberian acuan
Sebelum memberikan pertanyaan, kadang-kadang guru perlu memberikan acuan yang berupa pertanyaan yang berisi informasi yang relevan dengan jawaban yang diharapkan dengan siswa.
c. Pemindahan giliran
Adakalanya satu pertanyaan perlu dijawab oleh lebih dari seorang siswa karena jawaban siswa benar atau belum memadai.
d. Penyebaran
Untuk melibatkan siswa sebanyak-banyaknya di dalam pelajaran, guru perlu menyebarkan giliran menjawab pertanyaan secara acak. Ia hendaknya berusaha semua siswa mendapat giliran secara merata.
e. Pemberian waktu berpikir
Setelah mengajukan pertanyaan kepada seluruh siswa, guru perlu memberi waktu beberapa detik untuk berpikir sebelum menunjuk salah seorang siswa untuk menjawabnya.
f. Pemberian tuntunan
Bila siswa itu menjawab salah satu atau tidak dapat menjawab, guru hendaknya memberikan tuntunan kepada siswa agar ia dapat menemukan sendiri jawaban yang benar.

Memberikan pertanyaan merupakan salah satu aspek yang penting dalam perbuatan guru. Beberapa alasan mengapa keterampilan bertanya perlu dikuasai adalah:
a. Guru cenderung mendominasi ceramah dalam kelas
b. Siswa belum terbiasa mengajukan pertanyaan
c. Siswa harus dilibatkan secara mental- intelektual secara maksimal
d. Adanya anggapan bahwa pertanyaan hanya berfungsi untuk menguji pemahaman siswa.
Adapun prinsip-prinsip yang harus dipedomani dalam memberikan keterampilan bertanya adalah sebagai berikut:
a. Kehangatan dan antusias
Kita perlu menunjukkan kepada seluruh peserta didik bahwa kita menguasai persoalan yang dibahas dan pertannyaan yang kita ajukan memang sangat menarik, bukan asal-asalan bertanya. Hal ini dapat kita buktikan melalui sikap, baik pada waktu mengajukan pertanyaan maupun ketika menerima jawaban. Sikap dan gaya kita termasuk suara, eksperesi wajah, gerakan, dan posisi badan menampakkan ada atau tidaknya dan antusiasme kita.
b. Kebiasaan yang perlu dihindari:
1) Jangan mengulang-ulang pertanyaan apabila peserta didik tak mampu menjawabnya. Hal ini dapat menyebabkan menurunnya perhatian dan partisipasi.
2) Jangan mengulang-ulang jawaban peserta didik.
3) Jangan menjawab sendiri pertanyaan yang di ajukan sebelum peserta didik memperoleh kesempatan untuk menjawabnya.
4) Usahakan agar peserta didik tidak menjawab pertanyaan secara serempak, sebab kita tidak mengetahui dengan pasti siapa yang menjawab dengan benar dan siapa yang salah.
5) Menetukan siswa yang harus menjawab sebelum mengajukan pertanyaan. Oleh karena itu, pertanyaan diajukan lebih terdahulu kepada seluruh siswa. Baru kemudian guru menunjuk salah seorang untuk menjawab.
6) Pertanyaan ganda. Guru kadang mengajukan pertanyaan yang sifatnya ganda. Menghendaki beberapa jawaban atau kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa
Adapun tujuan keterampilan bertanya adalah:
a. Mendorong anak berpikir untuk memecahkan suatu soal.
b. Membangkitkan pengertian yang lama atau yang baru.
c. Menyelidiki dan menilai penguasaan murid tentang bahan pelajaran, dulu sering bercorak pertanyaan ingatan, sebaiknya juga pertanyaan pikiran.
d. Membangkitkan minat siswa untuk sesuatu, sehingga timbul keinginan untuk mempelajarinya.
e. Mendorong menggunakan pengetahuan dalam situasi-situasi lain.
Penjabaran di atas walaupun dalam konteks antara guru dengan siswa, dapat juga diartikan sebagai komunikator dengan komunikan, sehingga baik dampak positif, komponen, alasan keterampilan bertanya perlu dikuasai, prinsip, hingga tujuan dalam keterampilan bertanya juga dapat diaplikasikan oleh seorang komunikator terhadap komunikan, sehingga terjadi komunikasi yang responsif. Namun tidak cukup sampai di situ, perlu juga kemampuan tambahan lain untuk dapat menghadirkan sebuah komunikasi yang responsif, terutama jika kemampuan mendengarkan dan bertanya tidak cukup untuk menyampaikan pesan yang dituju, kemampuan tersebut adalah kemampuan mengenali bahasa tubuh.

7. Kemampuan mengenali bahasa tubuh;

Kemampuan mengenali bahasa tubuh erat kaitannya dengan ilmu psikologi. Oleh karena itu, penulis menggunakan tulisan yang bercorak psikologi untuk menjabarkan hal tersebut. Terdapat beberapa bahasa tubuh menurut Beliak dan Baker, yakni:
a. Kontak mata
Kontak mata juga mengacu pada sesuatu yang disebut dengan gaze yang meliputi suatu keadaan penglihatan secara langsung antar orang (selalu pada wilayah wajah) disaat sedang berbicara. Kontak mata sangat menentukan kebutuhan psikologis dan membantu kita memantau efek komunikasi antar pribadi. Melalui kontak mata anda dapat menceritakan kepada orang lain suatu pesan sehingga orang akan memperhatikan kata demi kata melalui tatapan. Misalnya pandangan yang sayu, cemas, takut, terharu, dapat mewarnai latar belakang psikologis anda. Jumlah dan cara-cara penataan mata berbeda dari seseorang dengan orang yang lainnya, dari budaya yang satu ke budaya lain.
b. Ekspresi wajah
Ekspresi wajah meliputi pengaruh raut wajah yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara emosional atau bereaksi terhadap suatu pesan. Wajah setiap orang selalu menyatakan hati dan perasaannya. Wajah ibarat cermin dari pikiran, dan perasaan. Melalui wajah orang juga bisa membaca makna suatu pesan. Pernyataan wajah menandai masalah ketika ekspresi wajah tidak merupakan tanda perasaan dan ketika ekspresi wajah yang dinyatakan tidak seluruhnya/tidak secara total merupakan tanda pikiran dan perasaan.
c. Gerakan anggota tubuh (gestures)
Gestures merupakan bentuk perilaku nonverbal pada gerakan tangan, bahu, jari-jari. Kita sering menggunakan gerakan anggota tubuh secara sadar maupun tidak sadar untuk menekankan suatu pesan. Ketika Anda berkata “pohon itu tinggi” atau “rumahnya dekat” maka anda pasti menggerakkan tangan untuk menggambarkan deskripsi verbalnya. Pada saat anda mengatakan “letakkan barang itu! Lihat pada saya!” Maka yang bergerak adalah telunjuk yang menunjukkan arah tersebut.
Ketiga bahasa tubuh tersebut merupakan hal yang harus diperhatikan ketika melakukan komunikasi responsif, karena terdapat kemungkinan bahwa komunikan mengaku paham terkait pesan yang disampaikan oleh kita selaku komunikator, namun bahasa tubuhnya tidak menyatakan demikian. Tentu hal ini membutuhkan waktu dan pengalaman hingga dapat dikuasai dengan baik, khususnya dalam konteks pembahasan sebagai seorang paralegal. Selain hal-hal tersebut di atas, dalam proses komunikasi tidak menutup kemungkinan adanya sebuah ketegangan yang terjadi, oleh karena itu diperlukan kemampuan selanjutnya, yakni kemampuan mengendalikan emosi saat berkomunikasi.

8. Kemampuan mengendalikan emosi saat berkomunikasi;

Secara eksplisit tidak ditemukan tulisan yang menjelaskan kemampuan mengendalikan emosi saat berkomunikasi, namun ditemukan beberapa yang membahas terkait kecerdasan emosi. Oleh karena itu, penulis menjabarkannya berdasarkan apa yang telah ditemukan. Istilah kecerdasan emosi pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari University of New Hampshire untuk menerangkan kualitas-kualitas emosi yang tampaknya penting bagi keberhasilan. Kecerdasan antar pribadi yaitu kemampuan untuk memahami orang lain, apa yang memotivasi mereka, bagaimana mereka bekerja, bagaimana bahu membahu dengan kecerdasan.
Sedangkan kecerdasan intra pribadi adalah kemampuan yang korelatif, tetapi terarah ke dalam diri. Kemampuan tersebut adalah untuk menggunakan modal tadi sebagai alat untuk menempuh kehidupan secara efektif. Goleman mengemukakan kecerdasan emosi memiliki 5 aspek utama, yakni:
a. Mengenali Emosi Diri Sendiri
Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan emosi, para ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood, yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri.
b. Mengelola Emosi
Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani persaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu. Menjaga agar emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan kunci menuju kesejahteraan emosi. Emosi berlebihan yang meningkat dengan intensitas terlampau lama akan mengganggu kesetabilan seseorang.
c. Memotivasi Diri Sendiri
Prestasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai perasaan motivasi yang positif, yaitu antusiasme, gairah, optimis dan keyakinan diri.
d. Mengenali Emosi Orang Lain
Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga empati. Individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan orang lain, sehingga ia lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terahadap perasaan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan orang lain.
e. Membina Hubungan
Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar pribadi.
Terdapat dua faktor menurut Goleman yang mempengaruhi kecerdasan emosi seseorang, yakni:
a. Faktor Internal
Faktor internal adalah apa yang ada dalam diri individu yang mempengaruhi kecerdasan emosinya. Faktor internal ini memiliki dua sumber yaitu segi jasmani dan segi psikologis. Segi jasmani adalah faktor fisik dan kesehatan individu, apabila fisik dan kesehatan seseorang dapat terganggu dapat dimungkinkan mempengaruhi proses kecerdasan emosinya. Segi psikologis mencakup didalamnya pengalaman, perasaan, kemampuan berfikir dan motivasi.
b. Faktor Eksternal
Faktor ekstemal adalah stimulus dan lingkungan dimana kecerdasan emosi berlangsung. Faktor ekstemal meliputi:
1) Stimulus itu sendiri, kejenuhan stimulus merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam memperlakukan kecerdasan emosi tanpa distorsi.
2) Lingkungan atau situasi khususnya yang melatarbelakangi proses kecerdasan emosi. Objek lingkungan yang melatarbelakangi merupakan kebulatan yang sangat sulit dipisahkan.
Berdasarkan pemaparan tersebut, dalam konteks teknik komunikasi responsif, penting untuk memiliki kecerdasan emosi atau mengendalikan emosi saat berkomunikasi. Kemampuan ini tentu dapat membantu untuk memaksimalkan pesan yang ingin disampaikan, terutama jika suasana sedang dalam ketegangan yang tinggi. Selain itu juga sebagai seorang paralegal, tentu akan dihadapkan dengan berbagai masalah yang membutuhkan kontrol diri yang baik sehingga kemampuan ini sangat diperlukan oleh seorang paralegal, tentu untuk menghadirkan komunikasi yang responsif.

9. Kemampuan menarik kesimpulan.

Ada 5 indikator kemampuan menarik kesimpulan yakni:
1. Membuat beberapa pernyataan yang mengandung berbagai informasi
2. Menemukan pola kecenderungan dalam suatu observasi dari hasil penelitian
3. Mengidentifikasi pola atau hubungan antar variabel yang satu dengan yang lain terhadap seluruh data
4. Mengecek kembali pola atau hubungan antara variabel yang satu dengan yang lain terhadap seluruh data
5. Membuat kesimpulan secara umum (generalisasi) berdasarkan data hasil pengamatan
Dalam konteks komunikasi yang dilakukan seorang paralegal, maka data atau informasi yang dimaksud di atas adalah informasi yang didapatkan dari komunikan. Sedangkan variabel yang dimaksud adalah informasi lain yang juga berhubungan. Sehingga setelah melalui tahapan-tahapan komunikasi sebelumnya, seorang paralegal dapat mengambil kesimpulan berdasarkan fakta-fakta yang ada. Kemampuan ini tentu penting sebagai finishing dalam proses komunikasi yang dilakukan, tentu seperti kemampuan-kemampuan lain, kemampuan menarik kesimpulan juga membutuhkan latihan dan jam terbang yang tinggi.
Berdasarkan keseluruhan hal tersebut, diharapkan seorang paralegal dapat memiliki kemampuan komunikasi yang baik, yang dimulai dari pemahaman secara teoritis, hingga pemahaman dalam dunia praktik kerja.

 

 

*)Penulis adalah :
– Pengawas di Perkumpulan Jaga Tatanan Cakra
– Pengawas di Inda Ratnawati Care

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *