Struktur Masyarakat

Materi Belajar ke 3 Pendidikan dan Pelatihan Paralegal
(materi ini bebas disebarluaskan sehingga tujuan pemerintah dalam pemberian bantuan hukum cepat tercapai)

C. STRUKTUR MASYARAKAT
(oleh : Agus Christianto, SH., MH.*)

1. Pendahuluan.

Mata pelajaran Struktur Masyarakat adalah mata pelajaran paralegal yang mempelajari tentang sosiologi masyarakat, relasi-relasi pokok dalam masyarakat, relasi masyarakat pedesaan, relasi masyarakat perkotaan, relasi gender, relasi antar generasi, relasi dalam kerja, relasi alam dan sosial sehingga setelah mengikuti mata pelajaran ini diharapkan peserta dapat menjelaskan tentang sosiologi masyarakat, relasi-relasi pokok dalam masyarakat, mengilustrasikan relasi masyarakat pedesaan, relasi masyarakat perkotaan, relasi gender, relasi antar generasi, relasi dalam kerja, relasi alam dan sosial.

2. Sosiologi masyarakat.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sosiologi merupakan ilmu pengetahun atau ilmu tentang sifat dan perkembangan masyarakat, ilmu tentang struktur sosial, proses sosial, dan perubahannya.
Sosiologi berasal dari kata latin socius yang berati kawan atau teman, dan kata Yunani yaitu logos yang memiliki arti pengetahuan.
Dilansir Encyclopaedia Britannica (2015), sosiologi adalah ilmu sosial yang mempelajari masyarakat, interaksi dan proses yang melestarikan dan mengubahnya.
Sosiologi melakukan ini dengan memeriksa dinamika bagian-bagian masyarakat penyusun seperti institusi, komunitas, populasi, gender, ras atau kelompok umur. Sosiologi juga mempelajari status sosial atau stratifikasi, gerakan sosial, dan perubahan sosial serta gangguan sosial dalam bentuk kejahatan, penyimpangan, dan revolusi.
Fungsi sosiologi dalam masyarakat yaitu;
a. Sosiologi sebagai alat perencanaan sosial,
b. sebagai alat dalam penelitian,
c. alat dalam pembangunan, dan
d. sebagai alat pemecahan masalah sosial.

3. Relasi-relasi Pokok Dalam Masyarakat.

Relasi adalah hubungan antara dua pihak atau lebih untuk mencapai suatu tujuan.
Relasi merupakan salah satu bentuk ekspresi diri sebagai ungkapan bahwa individu itu sungguh ada bersama dengan orang lain.
Menurut Aristoteles, manusia merupakan makhluk sosial (zoon politicon). Manusia selalu ingin berkelompok dan beraspirasi dengan yang sesamanya. Oleh karena itu relasi dengan sesama sangatlah penting. Bisa dikatakan bahwa manusia tidak dapat hidup jika tidak memiliki relasi dengan sesamanya.

Manusia memiliki empat bentuk relasi, yakni relasi dengan diri sendiri, relasi dengan sesama, relasi dengan Tuhan dan relasi dengan dunia.

Relasi Dengan Sesama meliputi
a. Communal Sharing relasi sosial yang memiliki karakteristik solidaritas, kesamaan identitas dan komensalitas (simbiosa di mana yang satu mendapat keuntungan tetapi pihak lain tidak dirugikan)
b. Authority Ranking, yaitu relasi sosial yang meliputi presedensi (satu pihak memiliki hak lebih tinggi) power yang tidak simetris, adanya rasa hormat/deferensi.
c. Equality matching, yaitu relasi sosial yang meliputi quid pro quo (ini untuk itu), pengambilan urutan (turn taking) dan keadilan egalitarian distributif.
d. Market Pricing, yaitu relasi sosial yang berorientasi ke arah nilai komoditas atau perhitungan untung rugi.

4. Relasi Masyarakat Pedesaan.

Masyarakat desa punya hubungan kekerabatan yang erat. Ini dikarenakan penduduknya biasanya berasal dari keturunan sama. Antara satu warga dengan warga yang lainnya biasanya masih punya hubungan keluarga dan saudara. Penduduk desa biasa mengandalkan hidup dari agrikultur.

Surjono Sukamto dalam bukunya Sosiologi: Suatu Pengantar (1982) mengemukakan ciri-ciri masyarakat desa adalah :
a. Hubungan erat
Masyarakat desa punya hubungan kekerabatan yang erat. Ini dikarenakan penduduknya biasanya berasal dari keturunan sama.
Antara satu warga dengan warga yang lainnya biasanya masih punya hubungan keluarga dan saudara.
b. Agrikultur
Penduduk desa biasa mengandalkan hidup dari agrikultur. Ada yang menggarap sawah, kebun, ternak, hingga melaut. Kini, banyak warga desa yang hanya bekerja sebagai buruh tani sebab sawahnya dimiliki oleh orang yang tidak tinggal di desa. Ada juga warga desa yang bekerja di sektor informal seperti tukang kayu, buruh bangunan, tukang genteng, dan sebagainya.
c. Tradisional
Bertani dan pekerjaan lainnya masih dilakukan dengan tradisional. Ini menyebabkan banyak desa yang hanya mampu memenuhi kebutuhannya sendiri atau sering disebut subsistance farming.
d. Adat dan tradisi
Senior atau tetua desa memegang peranan penting dalam masyarakat. Mereka selalu dimintai saran dan pendapat terkait masalah di desa, khususnya masalah pelik.
Generasi yang lebih tua ini juga masih memegang adat dan tradisi dengan kuat. Mereka menurunkannya ke generasi yang lebih muda agar bisa dilestarikan.

Gemeinschaft
Selain itu, masyarakat desa juga dicirikan dengan hubungan pola komunitas gemeinschaft. Gemeinschaft dalam bahasa Inggris disebut communal society atau masyarakat komunal. Dalam bahasa Indonesia disebut paguyuban.
Paguyuban adalah bentuk kehidupan bersama, anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni, bersifat alami dan kekal. Dasar hubungan adalah rasa cinta dan rasa persatuan yang telah dikodratkan.

Ciri-ciri masyarakat desa

Sementara, dikutip dari Tradisi, Agama, dan Akseptasi Modernisasi Pada Masyarakat Pedesaan Jawa (2016), Khairudin menjabarkan ciri desa dari masyarakatnya, sebagai berikut :
a. Pekerjaan bersifat homogen atau sama. Masyarakat desa lebih banyak bergantung pada sektor pertanian, peternakan, dan perikanan.
b. Masyarakat berukuran kecil. Jumlah penduduknya tidak sebanyak di kota. Pertumbuhannya juga tidak masif. Ini dikarenakan penduduk desa harus mempertimbangkan keseimbangan potensi alam.
c. Kepadatan penduduk tergolong rendah. Rasio antara luas wilayah dengan penduduknya kecil. Ini bisa terlihat dari rumah di desa yang masih punya pekarangan dan tidak menempel dengan tetangganya.
d. Lingkungan fisik, biologis, dan sosial budaya masih terjaga dengan baik.
e. Diferensiasi sosial rendah. Tak banyak perbedaan antara warga satu dengan lainnya. Penduduknya punya kesamaan dalam hal pekerjaan, adat istiadat, bahasa, bahkan hubungan kekerabatan.
f. Stratifikasi sosial yang tidak terlalu mencolok. Kelas atau tingkatan sosial masyarakat desa tidak terlalu banyak dan lebar.
g. Mobilitas sosial masyarakat relatif rendah. Pekerjaan dan ikatan masyarakat yang terbatas membuat masyarakat desa tak butuh kerap bepergian.
h. Interaksi sosial masyarakat desa lebih intensif. Komunikasinya juga bersifat personal sehingga antara satu dengan yang lainnya saling mengenal.
i. Solidaritas sosial pada masyarakat pedesaan sangat kuat. Ini karena mereka punya kesamaan ciri, sosial, ekonomi, budaya, dan tujuan hidup.
j. Kontrol sosial masyarakat pedesaan dilakukan lewat norma dan nilai yang berlaku di masyarakat. Ada sanksi sosial bagi masyarakat yang melanggar.
k. Tradisi lokal masyarakat desa masih kuat. Tradisi diturunkan dari generasi ke generasi.

5. Relasi Masyarakat Perkotaan.

Masyarakat perkotaan merupakan suatu himpunan penduduk yang bertempat tinggal dijalan pusat kegiatan ekonomi, pemerintahan, ilmu pengetahuan dan sebagainya .

Kota pada umumnya diketahui sebagai bentuk kehidupan masyarakat yang sangat individual, penuh kemewahan, gedung-gedung yang menjulang tinggi, kendaraan yang berlalu lalang dan menciptakan kemacetan di sepanjang jalan, Kota sering kali dianggap sebagai tempat yang menjadi tujuan bagi masyarakat pedesaan untuk mencari lowongan pekerjaan. Di samping itu kehidupan masyarakat perkotaan sering kali dikatakan modern, sebab adanya fasilitas-fasilitas yang lengkap, memadai serta seiring dengan berjalannya zaman. Masyarakat kota sebagai komunitas juga merupakan masyarakat society. Pada masyarakat kota anggota-anggotanya berpisah-pisah, salint tidak kenal, dan lebih terikat dari kontak kekeluargaan, hubungannya serba lugas, lepas dari pribadi dan sentimen secara ikatan tradisi dengan tanpa kepemimpinan mapang (Jamaludin et al., 2017).
Gaya hidup masyarakat kota mencerminkan cara berinteraksi manusia secara keseluruhan dengan lingkungannya. Di sini kita menyimpulkan bahwa gaya hidup tercermin dalam aktivitas, minat, dan pendapatnya tentang membelanjakan uang serta mengatur waktu. Adapun suatu hal yang dapat menjadikannya lebih terlihat sangat berbeda, yaitu gaya hidup dan konsumtif, perubahan karakter, ngemall, dan lain sebagainya. Perubahan penampilan serta pemikiran dalam diri mereka sangat terlihat jelas, dapat dilihat dari perubahan cara berpakaian dari yang sederhana menjadi lebih modis pada produk branded, dapat membedakan baju berpergian dengan baju sehari-hari. Perubahan tersebut termasuk pergeseran nilai dan norma serta jaringan dan pola hubungan di daerah pedesaan (Oktaviani Fariza, 2014).

6. Relasi Gender.

Gender merupakan perbedaan yang terlihat antara laki-laki dan perempuan apabila dilihat dari nilai dan tingkah laku. Gender itu berasal dari bahasa latin genus yang berarti jenis atau tipe. Gender adalah sifat dan perilaku yang dilekatkan pada laki-laki dan perempuan yang dibentuk secara sosial maupun budaya.

Gender adalah hubungan sosial antara laki-laki dan perempuan. Gender merujuk pada hubungan antara laki-laki dan perempuan, anak laki-laki dan anak perempuan, dan bagaimana hubungan sosial ini dikonstruksikan. Peran gender bersifat dinamis dan berubah antar waktu.

Kesetaraan Gender adalah hasil dari ketiadaan diskriminasi berdasarkan jenis kelamin atas dasar kesempatan, alokasi sumber daya atau manfaat dan akses terhadap pelayanan.

Pengarusutamaan Gender adalah proses untuk menjamin perempuan dan laki-laki mempunyai akses dan kontrol terhadap sumber daya, memperoleh manfaat pembangunan dan pengambilan keputusan yang sama di semua tahapan proses pembangunan dan seluruh proyek, program dan kebijakan pemerintah.

Kesadaran Gender adalah suatu pengertian bahwa ada faktor-faktor sosial yang menentukan antara laki-laki dan perempuan atas dasar tingkah laku, yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk mengakses dan mengontrol sumber daya. Kesadaran ini membutuhkan penerapan melalui analisa gender menjadi proyek, program dan kegiatan

7. Relasi Antar Generasi.

Menurut Kupperschmidt (2000) (dalam Putra, 2016) Generasi adalah sekelompok orang yang memiliki kesamaan tahun lahir, umur, lokasi dan juga pengalaman historis atau kejadian-kejadian dalam individu tersebut yang sama yang memiliki pengaruh seignifikan dalam fase pertumbuhan mereka.

Sedangkan Relasi Antar Generasi adalah Interaksi antar individu dari generasi yang berbeda. Interaksi tersebut meliputi komunikasi, kepedulian, akuntabilitas, loyalitas, dan bahkan konflik antara individu terkait atau tidak terkait.

8. Relasi Dalam Kerja.

Hartono Widodo dan Judiantoro mengartikan relasi juga sebagai hubungan kerja dimana hubungan kerja itu sendiri adalah kegiatan-kegiatan pengerahan tenaga atau jasa seseorang secara teratur demi kepentingan orang lain yang memerintahnya, sesuai dengan perjanjian kerja yang disepakati.

Berikut ini adalah beberapa fungsi relasi dalam kerja.
a. Sebagai Partner
Sebagai partner, akan membantu mempertahankan kerja agar bertahan lama
b. Sebagai Pesaing
Selain sebagai partner, relasi kerja juga bisa muncul sebagai pesaing. Tidak melulu harus dipandang negatif, pesaing akan meningkatkan kualitas kerja karena akan terus berinovasi untuk bertahan.
c. Jaringan di Masa Depan
Dengan adanya relasi yang baik, akan memiliki jaringan dalam jangka waktu yang panjang.
d. Keperluan Ekspansi
Relasi kerja harus dibina dengan baik. Mereka tidak hanya partner kerja, juga merupakan sahabat. Perlakukan dengan hangat dan sopan. Bahasa komunikasi yang terjalin juga tidak baku, harus fleksibel. Jangan selalu mengutamakan kerja agar didapat relasi yang baik dan awet.

9. Relasi Alam dan Sosial.

Menurut Trisni Andayani dan kawan-kawan, dalam buku Pengantar Sosiologi (2020), interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antar individu dengan individu, individu dengan kelompok, serta kelompok dengan kelompok.
Dikutip dari jurnal Lingkungan sebagai Media Pembelajaran dan Pengaruhnya terhadap Kompetensi Penyuluh Pertanian (2011) karya Oos M. Anwas, lingkungan alam adalah segala sesuatu yang bersifat alamiah, seperti flora dan fauna, serta kenampakan alam.

Lingkungan alam menjadi tempat tinggal makhluk hidup, termasuk manusia. Dalam lingkungan alam ada air, tanah, lahan, serta iklim. Sedangkan interaksi sosial merupakan interaksi yang terjalin antar manusia. Interaksi sosial selalu terjadi dan melibatkan manusia lainnya.
Manusia membutuhkan lingkungan alam agar bisa melakukan interaksi sosial. Contohnya pakaian yang dibuat dari bahan alam, seperti sutra, dibutuhkan manusia untuk menjalin hubungan atau interaksi sosial. Contoh lainnya, manusia membutuhkan hujan untuk bisa bercocok tanam. Selain itu, manusia juga memanfaatkan lingkungan alam untuk memenuhi kebutuhannya.

Manusia mengolah dan menggunakan sumber daya yang ada di lingkungan alam, seperti tumbuhan, hewan, bahan tambang, dan lain-lain. Namun, sayangnya manusia terus menggunakan atau memanfaatkan lingkungan alam, tanpa melakukan pelestarian. Akibatnya lingkungan alam menjadi rusak, tidak terurus, dan tidak indah lagi. Bentuk hubungan lain antara interaksi sosial dengan lingkungan alam adalah adaptasi. Dalam menjalankan interaksi sosial, manusia perlu beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan lingkungan alam. Misalnya kegiatan bercocok tanam dilakukan di musim hujan, aktivitas berlayar di laut memperhatikan cuaca dan iklimnya, serta tidak tinggal di kawasan rawan bencana.

 

*)Penulis adalah :
– Managing Director di Firma Hukum Sahardjo Pejuang Keadilan
– Ketua Umum di Perkumpulan Jaga Tatanan Cakra

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous article

Keparalegalan

Next article

Bantuan Hukum dan Advokasi